kampung cisitu

  • View Indah

    Salah satu pemandangan yang menyejukan ketika melihat hijaunya sawah.

  • Central Cisitu

    Inilah pusat nya kampung cisitu, tetap asri dan nyaman.

  • Masjid An-nuur

    Masjid yang menjadi kebanggaan warga kampung cisitu.

  • Adi Albukhori

    Akademi Dakwah Indonesia membuka cabang untuk wilayah sukabumi di kampung cisitu.

  • Sungai

    Disinilah anak-anak jaman dulu kalau mandi bersama teman-temannya.

Selamat datang di blog Kampung Cisitu>
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan

Windows USB/DVD Download Tool 1.0


Assalamualaikum, selain yang dua sofwere untuk membuat windows di flashdisk, pilihan yang ketiga adalah Windows USB/DVD Download Tool 1.0.

Windows USB/DVD Download Tool 1.0 ini memiliki lima tahapan yang harus sobat jalani untuk menjadikan flashdisk sebagai windows install.


Harga : Gratis
Version : 1.0
Tanggal Rilis : Januari 9, 2018
Sistem Operasi : Windows
Penerbit : Microsoft - https://www.microsoft.com  - United States

Bisa sobat lihat di samping dimana ada step 1, step 2.



Deskripsi Penerbit : Alat Unduhan USB/DVD Windows memungkinkan Sobat membuat salinan berkas ISO Windows 7/8 pada kandar flash USB atau DVD. Untuk membuat DVD atau flash drive USB yang dapat di-boot, unduh file ISO dan kemudian jalankan alat Unduh USB/DVD Windows 7. Setelah ini selesai, Sobat dapat menginstal Windows 7 atau Windows 8 langsung dari USB flash drive atau DVD.



File ISO berisi semua file instalasi Windows yang digabungkan menjadi satu file tidak terkompresi. Saat Sobat mengunduh file ISO, Anda perlu menyalinnya ke beberapa media untuk menginstal Windows. Alat ini memungkinkan Sobat untuk membuat salinan file ISO ke USB flash drive atau DVD. Untuk menginstal Windows dari USB flash drive atau DVD, yang perlu Sobat lakukan hanyalah memasukkan USB flash drive ke port USB atau memasukkan DVD ke drive DVD dan menjalankan Setup.exe dari folder root di drive.

Catatan : Sobat tidak dapat menginstal Windows dari file ISO sampai sobat menyalinnya ke USB flash drive atau DVD dengan alat Unduh USB/DVD Windows 7 dan menginstal dari sana.

Salinan file ISO yang dibuat oleh alat Unduhan USB/DVD Windows dapat di-boot. Media yang dapat di-boot memungkinkan Sobat untuk menginstal Windows 7 tanpa harus terlebih dahulu menjalankan sistem operasi yang ada pada mesin Sobat. Jika Sobat mengubah urutan boot drive di BIOS komputer, Sobat dapat menjalankan penginstalan Windows 7 langsung dari USB flash drive atau DVD saat Sobat menghidupkan komputer. Silakan lihat dokumentasi untuk komputer Sobat untuk informasi tentang cara mengubah urutan boot BIOS drive.

Bila sobat mau mencoba yang terakhir ini, bisa klik disini untuk diunduh.

Share:

Kisah Nabi Nuh bagian #1

 

Nabi Nuh A.s adalah Nuh bin Lamik bin Matwasyalah bin Khanukh (Idris) bin Yarad bin Mahlayil bin Qanin bin Anwasy bin Syits bin Adam A.s. Jarak antara Adam dan Nuh adalah sepuluh abad, sebagaimana yang di ceritakan
Al-Hafizh Abu Hatim bin Hibban, di dalam kitab shahih-nya, bahwa pernah ada seseorang yang berkata : "Ya Rosulullah, apakah Adam itu seorang Nabi?". Beliau menj awab : "Ya". "Beberapa lama jarak antara dirinya dengan Nuh?" tanyanya lebih lanjut. Beliau menjawab : "Sepuluh abad".

Para ulama berbeda pendapat bahwa Nuh A.s, di utus oleh Allah SWT ketika manusia telah menyimpang jauh dari ajaran tuhan yang di bawa oleh nabi sebelumnya, hal ini bisa jadi karena rentang waktu antara Nuh dengan nabi sebelumnya sangat jauh, mereka menyembah berhala tenggelam dalam kesesatan dan ke kafiran, kemudian Allah SWT mengutus Nuh A.s, sebagai rahmat bagi umat manusia.

Allah SWT telah menceritakan di dalam Al-qur-an tentang kisah Nuh dan kaumnya, serta azab berupa taufan yang di turunkan kepada mereka yang kafir, serta bagaimana Allah menyelamatkan Nbi Nuh A.s beserta para pengikutnya yang menumpang kapal bersamanya, kisah tersebut di jumpai di dalam beberpa surat Al-qur-an yaitu dalam surat, Al-A'raf, Yunus, Hud, Al-Anbiya, Al-Mu'minun, Asy-Syura, Al-Ankabut, Ash-Shaffat dan surat Al-Qomar. Bahkan Nuh di tetapkan sebagai nama surat di Al-qur-an.

Nabi Nuh A.s tidak henti-hentinya menyerukan kaumnya agar beriman dan menyembah hanya kepada Allah, namun kaumnya tetap saja melawan dan mendustakannya bahkan menantang Allah agar mendatangkan azab, jika ia benar. Sebagaimana firman Allah yang artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan". Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya : "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".

Berkata Nuh : "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?" Dan (dia berkata) : "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui". Dan (dia berkata): "Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran? Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa) : "Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib", dan tidak (pula) aku mengatakan : "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu : "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka".

Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim. Mereka berkata "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanj ang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar". Nuh menj awab : "Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan". (Q.S. Hud : 25-34).

Jaman terus berlalu dalam rentang waktu yang cukup panj ang, sementara perseteruan dan perdebatan antara Nuh A.s dan kaumnya pun terus berlangsung, selama hampir seribu tahun lamanya Nabi Nuh A.s hidup di tengah-tengah kaumnya, menyerukan mereka agar beriman dan menyembah kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT yang artinya : "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim". (Q.S. Al-Ankabut : 14).

Sekalipun Nuh menyerukan kaumnya dalam waktu yang sangat lama dan panjang, tetapi tidak ada yang beriman kepada Nuh A.s, kecuali hanya sedikit sekali dari mereka, setiap pergantian generasi berlangsung, mereka senantiasa berpesan kepada generasi baru itu agar tidak beriman kepada Nabi Nuh A.s, supaya melawan dan melanggarnya. Setiap orang tua pada saat itu, ketika melihat anaknya tumbuh dewasa, maka akan segera menasehati anaknya tersebut supaya tidak beriman kepada Nuh untuk selamanya, selama hidupnya.

Adalah sudah menjadi watak dan karakter mereka yang selalu menolak ke imanan dan enggan mengikuti kebenaran. Oleh karena itu Allah SWT berfirman yang artinya : "Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir". (Q.S. Nuh : 27).

Kemudian Allah memerintahkan kepada Nuh agar membuat bahtera (perahu), maka Nabi Nuh A.s membuat perahu besr dari kayu yang pohonnya telah di tanamnya seratus tahun yang lalu. Beliau membuat perahu atas petunjuk, arahan dan dalam pengawasan Allah SWT. Firman Allah yang artinya : "Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan". (Q.S. Hud :37).

Menurut Ibnu Abbas panjang perahu itu seribu dua ratus hasta, sedangkan tinggi kapal tersebut adalah tiga puluh hasta, bertingkat tiga lantai, tinggi masing-masing tingkat sepuluh hasta. Lantai dasar untuk binatang-bintang, lantai tengah untuk tempat manusia, sedangkan lantai ketiga untuk burung-burung. Pintunya terdapat di bagian samping, dan memiliki penutup pada bagian atas dari setiap lantai.


Arsip Button
Share:

Kisah Nabi Ishaq

Genealogi : Ishaq bin Ibrahim bin Azar bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Syam bin Nuh. Ishaq menikah dengan Rifqa binti Batnail bin Nahur bin Tarih, menikah pada tahun 2088 SM. Dari pernikahan ini Ishaq memiliki dua anak kembar Yaqub dan Al-Aish ('Aysu).

Kisah Nabi Ishaq : Sebelum kelahiran Ishaq, Sarah dan suaminya, Ibrahim mendapat kabar gembira dari Allah melalui malaikat Jibril. Dalam pesan itu malaikat Jibril menyampikan pesan bahwa Sarah akan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Ishaq yang kelak akan menjadi seorang nabi. Namun, Sarah tersenyum karena merasa heran dan aneh. Dia merasa aneh karena tidak mungkin dia dan suaminya dapat memberi keturunan jika usia mereka sudah cukup tua, yaitu Sarah berusia 90 tahun dan Nabi Ibrahim 100 tahun. Ishaq pun akhirnya terlahir di kota Kana'an pada tahun 1761 SM.

Ishaq merupakan anak kedua dari Nabi Ibrahim dan Sarah setelah Ismail. Bersama Ismail, ia menjadi penerus ayahnya untuk berdakwah di jalan Allah. Ketika Ibrahim telah sangat tua, Ishaq belum juga menikah. Ibrahim tidak mengizinkan Ishaq menikah dengan wanita Kana'an karena masyarakatnya tidak mengenal Allah dan asing terhadap keluarganya. Karena itu, Ibrahim memerintah seorang pelayan untuk pergi ke Harran, Irak dan membawa seorang perempuan dari keluarganya. Perempuan yang dimaksud itu adalah Rifqah binti Batnail bin Nahur, saudara Ibrahim yang kemudian dinikahkan dengan Ishaq.

Setelah 10 tahun Ishaq menikah dengan Rifqah, lahirlah dua anak kembar. Anak pertama diberi nama Al-Aish dan anak kedua Yaqub yang lahir dengan memegang kaki saudaranya. Ishaq lebih menyayangi Al-Aish daripada Yaqub. Dari Ishaq-lah kemudian terlahir nabi-nabi Bani Israil.

Menurut salah satu riwayat, Ishaq meninggal pada usia 170 tahun

Semoga bermanfaat.

Share:

Kisah Nabi Harun

Genealogi : Harun adalah kakak kandung dari Musa, maka silsilahnya adalah sebagai berikut Harun bin Imran bin Qahits bin Lawi bin Ya?qub bin Ishak bin Ibrahim. Menurut situs web scribd.com, silsilahnya adalah sebagai berikut, Harun bin Imran bin Fahis bin 'Azir bin Lawi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.

Biografi : Dia ialah kakak Nabi Musa, diutus untuk membantu Musa memimpin Bani Israel ke jalan yang benar. Firman Allah bermaksud: “...dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi.”

Harun dilahirkan tiga tahun sebelum Musa. Harun merupakan putra sulung Amram dari suku Lawwy. Ia merupakan nabi yang diutus kepada Bani Israel ketika menggembara di Mesir, dengan menggantikan peran Musa untuk sementara ketika harus melarikan diri ke negeri Midian. Ia yang fasih berbicara dan mempunyai pendirian tetap sering mengikuti Musa dalam menyampaikan dakwah kepada Firaun, Hamman dan Qarun. Nabi Musa sendiri mengakui saudaranya fasih berbicara dan berdebat, seperti diceritakan al-Quran: “Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku, sesungguhnya aku khawatir mereka akan berdusta.” Selama ditinggal Nabi Musa untuk bersemedi di Thur Sina, Harun juga diberikan amanah untuk mengawasi dan memimpin penduduk Bani Israel dari perbuatan mungkar, dan juga menyekutukan Allah dengan benda lain. Musa berkata kepada Harun: “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku dan perbaikilah, jangan kamu mengikuti jalan orang yang melakukan kerusakan.

Bagaimanapun, selama kepergian Musa ke Thur Sina, berlaku ujian terhadap Bani Israel. Sebagian mereka menyekutukan Allah dengan menyembah anak lembu yang terbuat dari emas oleh Samiri. Mereka menyembah patung lembu itu setelah terpedaya dengan tipu muslihat Samiri yang menjadikannya bisa berbicara. Harun sudah mengingatkan mereka bahwa perbuatan itu adalah dosa besar, namun segala nasihat dan amaran berkaitan dengan itu tidak dipedulikan.

Selepas menyepi selama 40 hari untuk menerima panggilan Ilahi, Musa kembali kepada kaumnya dan sungguh terkejut dengan perbuatan menyembah patung sapi itu. Musa bukan saja marah kepada kaumnya, malah Harun sendiri turut ditarik kepala dan janggutnya. Musa bertanya kepada Harun: “Wahai Harun, apa yang menghalangi engkau dari mencegah mereka ketika engkau melihat mereka sesat? Apakah engkau tidak mengikuti aku atau engkau menduharkai perintahku?”. Harun berkata: “Wahai saudaraku, janganlah engkau merenggut janggutku dan janganlah engkau menarik kepalaku, sesungguhnya aku takut engkau akan berkata, “engkau mengadakan perpecahan dalam Bani Israel dan engkau tidak memelihara perkataanku.” Kemudian Musa mendapatkan Samiri, lalu berkata: “Pergilah kamu dari sini bersama pengikutmu. Patung sapi itu yang menjadi tuhanmu akan aku bakar, kemudian aku akan hanyutkan ke dalam laut. Kamu dan pengikutmu pasti mendapat azab.

Nabi Harun hidup selama 122 tahun. Dia wafat 11 bulan sebelum kematian Musa, di daerah al Tiih, yaitu sebelum Bani Israil memasuki Palestina. Mengenai Bani Israel, mereka memang keras kepala, banyak permasalahan dan sulit dipimpin, namun dengan kesabaran Musa dan Harun, mereka dapat dipimpin supaya mengikuti syariat Allah, seperti terkandung dalam Taurat ketika itu.

Semoga bermanfaat.

Share:

Kisah Nabi Dzulkifli

Etimologi : Nama Zulkifli ia dapat ketika pada suatu hari, Raja mengumpulkan rakyatnya dan bertanya, "Siapakah yang sanggTak ada seorang pun yang berani menyatakan kesanggupannya. Menurut Mufassirin, akhirnya seorang anak muda yang bernama asli Basyar mengacungkan tangan dan berkata ia sanggup melakukan itu. Sejak saat itulah ia dipanggil dengan julukan Zulkifli yang artinya 'Sanggup'.up berlaku sabar, jika siang berpuasa dan jika malam beribadah?",

Riwayat Hidup : Riwayat Zulkifli sedikit sekali disebutkan dalam Al-Qur'an. Ia adalah putra Nabi Ayub yang lolos dari reruntuhan rumah Nabi Ayub yang menewaskan semua anak Nabi Ayub. Zulkifli adalah orang yang taat beribadah. Ia melakukan sembahyang seratus kali dalam sehari.

Menjadi raja : Suatu ketika, raja di negeri Rom saat itu, Nabi Ilyasa sudah semakin tua. Karena tak memiliki calon pengganti, raja mengadakan sayembara kepada kaum Rom, bahwa siapapun yang berpuasa di siang hari, beribadah di malam hari, dan tidak melakukan marah, ia akan diangkat menjadi raja.

Hal ini terdapat dalam riwayat Ibnu Jarir : “Apabila Al-Yasa AS (Nabi Ilyasa). meningkat tua, dan ingin memberikan tugas untuk memimpin bangsaIsrael kepada yang sesuai. Baginda mengumumkan: Hanya orang tersebut akan dipertimbangkan untuk menggantikan baginda dan yang berpuasa pada siang hari, mengingati Allah pada malam hari dan menahan diri daripada sifat marah. Salah seorang daripada mereka (Basyar) berdiri dan berkata: Aku akan patuh kepada syarat-syarat tersebut. Baginda mengulangi syarat-syarat itu semula sebanyak tiga kali dan lelaki yang sama berjanji dengan bersungguh-sungguh akan memenuhi syarat-syarat tersebut. Maka dia dilantik untuk membawa tugas tersebut.

Dari kutipan riwayat di atas, Basyar menyanggupi semua persyaratan yang diberikan raja kepadanya. Ia pun dinobatkan menjadi raja. Pada masa pemimpinannya, ia berjanji kepada rakyatnya untuk menjadi hakim adil dalam menyelesaikan perkara. Karena keadilan dia, maka ia disebut sebagai Zulkifli pada masa itu.

Gangguan setan : Allah mengangkatnya sebagai nabi dan rasul. Setelah beberapa lama menjadi raja, dia memenuhi segala janjinya, sehingga Allah memberinya ujian kepadanya dengan setan yang berkeinginan untuk menggoyahkan imannya.

Suatu ketika, setan menjelma sebagai musafir lelaki tua. Keinginannya adalah membuat marah Zulkifli. Ia memaksa penjaga untuk dapat masuk istana dan menemui Zulkifli pada larut malam. Lelaki tua itu diizinkan masuk oleh penjaga istana. Dalam pertemuan tersebut, setan mengadu kepada Zulkifli tentang kekejaman orang lain terhadap dirinya. Namun Zulkifli menyuruhnya untuk datang besok malam ketika kedua belah pihak sudah merasa siap untuk bertemu. Namun musafir tersebut mengingkarinya dan malah datang pagi hari.

Keesokan harinya, musafir tersebut datang dan mengadu seperti pada malam sebelumnya. Maka Zulkifli menyuruhnya untuk datang pada malam hari saja. Lelaki itu berjanji dengan bersungguh-sungguh pada Zulkifli untuk datang pada malam hari. Namun ia mengingkarinya.

Pada hari yang ketiga, musafir itu datang lagi. Pada kali ini, tidak ada tanggapan dari Zulkifli. Maka setan itu tersebut menyelinap menembus pintu dan menunjukkan dirinya kepada Zulkifli. Zulkifli sangat terkejut melihat jelmaan setan tersebut. Lalu dia pun mengtahui bahwa musafir itu adalah setan yang mencoba membuatnya marah namun setan itu gagal. Karena keberhasilan Zulkifli menahan amarah, maka oleh Allah ia diangkat sebagai seorang nabi.

Kaum Rom : Nabi Zulkifli diutus oleh Allah kepada kaum Rom agar selalu mengingat satu Tuhan dan tidak menyembah berhala. Suatu ketika terjadi pemberontakan di negerinya oleh orang-orang yang durhaka kepada Allah. Zulkifli menyeru pada rakyatnya agar berperang, namun mereka semua takut mati sehingga tak seorang pun yang mau berperang. Mereka pun meminta Zulkifli untuk berdoa kepada Allah SWT agar mereka semua tidak mati dan menang dalam perang. Zulkifli pun berdoa kepada Allah dan Allah pun mengabulkan doanya.

Referensi al-Qur'an : Zulkifli disebutkan dalam ayat Al-Qur'an Surat Al Anbiyaa' :

وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ
وَذَا الْكِفْلِ كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِينَ (85)

Dan (ingatlah
kisah) Ismail, Idris dan Zulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang
sabar.

وَأَدْخَلْنَاهُمْ فِي
رَحْمَتِنَا إِنَّهُمْ مِنَ الصَّالِحِينَ (86)

Kami telah
memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang
yang saleh.

Surat Shaad :

وَاذْكُرْ إِسْمَاعِيلَ
وَالْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ وَكُلٌّ مِنَ الأخْيَارِ (48)

Dan ingatlah
akan Ismail, Ilyasa' dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling
baik.

Pendapat dan kontroversi tentang Zulkifli :

  • Sebagian muslim sependapat dengan pandangan Muhammad bin Jarir al-Tabari, mengangap Zulkifli adalah orang baik dan sabar yang selalu menolong kaumnya dan membela kebenaran, namun bukan seorang nabi. Sebagian lainnya percaya bahwa dia seorang nabi.
  • Menurut Baidawi, Zulkifli seperti dengan nabi Yahudi bernama Yehezkiel yang dibawa ke Babilonia setelah kehancuranYerussalem. Baginda dirantai dan dipenjarakan oleh Raja Nebukadnezar. Baginda menghadapi segala kesusahan dengan sabar dan mencela perbuatan mungkar Bani Israil.
  • Menurut versi lain nama aslinya Waidiah bin Adrin. Ia nabi bagi penduduk Suriah dan sekitarnya. Ia membangun kota Kifl di Irak.
  • Ada dua tempat yang diyakini sebagai makam Zulkifli. Pertama di Kifl, Irak dekat Najaf dan Al-Hillah dan yang kedua diNawa, Suriah.
semoga bermanfaat.

Share:

Kisah Nabi Daud

Daud bin Yisya adalah salah seorang dari tiga belas bersaudara turunan ketiga belas dari Nabi Ibrahim a.s. Ia tinggal bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi Isa a.s. bersama ayah dan tiga belas saudaranya.

Daud Dan Raja Thalout : Ketika raja Thalout raja Bani Isra'il mengerahkan orang supaya memasuki tentera dan menyusun tentera rakyat untuk berperang melawan bangsa Palestin, Daud bersama dua orang kakaknya diperintahkan oleh ayahnya untuk turut berjuang dan menggabungkan diri ke dalam barisan askar Thalout. Khusus kepada Daud sebagai anak yang termuda di antara tiga bersaudara, ayahnya berpesan agar ia berada di barisan belakang dan tidak boleh turut bertempur. Ia ditugaskan hanya untuk melayani kedua kakaknya yang harus berada dibarisan depan, membawakan makanan dan minuman serta keperluan-2 lainnya bagi mereka, di samping ia harus dari waktu ke waktu memberi lapuran kepada ayahnya tentang jalannya pertempuran dan keadaan kedua kakaknya di dalam medan perang. Ia sesekali tidak diizinkan maju ke garis depan dan turut bertempur, mengingatkan usianya yang masih muda dan belum ada pengalaman berperang sejak ia dilahirkan.

Akan tetapi ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan pasukan Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala mendengar suara Jalout yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang mengajak berperang, sementara jaguh-jaguh perang Bani Isra'il berdiam diri sehinggapi rasa takut dan kecil hati. Ia secara spontan menawarkan diri untuk maju menghadapi Jalout dan terjadilah pertempuran antara mereka berdua yang berakhir dengan terbunuhnya Jalout sebagaimana telah diceritakan dalam kisah sebelum ini.

Sebagai imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka dijadikan menantu oleh Thalout dan dikahwinkannya dengan puterinya yang bernama Mikyal, sesuai dengan janji yang telah diumumkan kepada pasukannya bahwa puterinya akan dikahwinkan dengan orang yang dapat bertempur melawan Jalout dan mengalahkannya.

Di samping ia dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula oleh raja Thalout sebagai penasihatnya dan orang kepercayaannya. Ia disayang, disanjung dan dihormati serta disegani bukan sahaja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh rakyat Bani Isra'il yang melihatnya sebagai pahlawan bangsa yang telah berhasil mengangkat keturunan serta darjat Bani Isra'il di mata bangsa-2 sekelilingnya.

Suasana keakraban, saling sayang dan saling cinta yang meliputi hubungan sang menantu Daud dengan sang mertua Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada akhir waktunya Daud merasa bahwa ada perubahan dalam sikap mertuanya terhadap dirinya. Muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik menjadi muram dan kaku, kata-katanya yang biasa didengar lemah-lembut berubah menjadi kata-kata yang kasar dan keras. Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah kiranya yang menyebabkan perubahan sikap yang mendadak itu? Adakah hal-hal yang dilakukan yang dianggap oleh mertuanya kurang layak, sehingga menjadikan ia marah dan benci kepadanya? Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan dan fitnahan orang yang sengaja ingin merusakkan suasana harmoni dan damai di dalam rumah tangganya? Bukankah ia seorang menantu yang setia dan taat kepada mertuanta yang telah memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang oa harapkan? dan bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya untuk membela dan mempertahankan kekekalan kerajaan mertuanya?

Daud tidak mendapat jawapan yang memuaskan atas pertanyaan-2 yang melintasi fikirannya itu. IA kemudian kembali kepada dirinya sendiri dan berkata dalam hatinya mungkin apa yang ia lihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari mertuannya itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka dari pihaknya dan kalau pun memang ada maka mungkin disebabkan oleh urusan-2 dan masalah-2 peribadi dari mertua yang tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya sebagai menantu. demikianlah dia mencuba menenangkan hati dan fikirannya yang masyangul yang berfikir selanjutnya tidak akan mempedulikan dan mengambil kisah tentang sikap dan tindak-tanduk mertuanya lebih jauh.

Pada suatu malam gelap yang sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur bersam isterinya Mikyal. Daud berkata kepada isterinya: "Wahai Mikyal, entah benarkah aku atau salah dalam tanggapanku dan apakah khayal dan dugaan hatiku belaka atau sesuatu kenyataan apa yang aku lihat dalam sikap ayahmu terhadap diriku? Aku melihat akhir-2 ini ada perubahan sikap dari ayahmu terhadap diriku. Ia selalu menghadapi aku dengan muka muram dan kaku tidak seperti biasanya. Kata-katanya kepadaku tidak selamah lembut seperti dulu. Dari pancaran pandangannya kepadaku aku melihat tanda-2 antipati dan benci kepadaku. Ia selalu menggelakkan diri dari duduk bersama aku bercakap-cakap dan berbincang-bincang sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di sekitarnya.

Bagaimana Mikyal menjawab ? Ikuti kisah Nabi Daud selanjutnya disini

Share:

Kisah Nabi ayub

Genealogi : Ayyub adalah putra dari Aish (Eswa) bin Ishaq bin Ibrahim. Sebagaimana disebutkan dalam kisah Yaqub, Aish adalah saudara kembar Yaqub, jadi Ayyub masih keponakan Yaqub dan sepupu Yusuf. Dalam situs web Tayibah.com dijabarkan bahwa silsilah Ayyub adalah sebagai berikut, Ayyub bin Amus bin Tawih bin Rum bin Ais (Eswa) bin Ishaq bin Ibrahim.

Sumber lain mengatakan bahwa silsilah Ayyub adalah sebagai berikut, Ayyub bin Amwas bin Zarih dari keturunanIbrahim.

Riwayat :  Ayyub adalah salah seorang manusia pilihan dari sejumlah manusia pilihan yang mulia. Allah telah menceritakan dalam kitab-Nya dan memujinya dengan berbagai sifat yang terpuji secara umum dan sifat sabar atas ujian secara khusus. Allah telah mengujinya dengan anaknya, keluarganya dan hartanya, kemudian dengan tubuhnya. Allah telah mengujinya dengan ujian yang tidak pernah ditimpakan kepada siapa pun, tetapi ia tetap sabar dalam menunaikan perintah Allah dan terus-menerus bertaubat kepada-Nya.

Setelah Nabi Ayub menderita penyakit kronis dalam jangka waktu yang cukup lama, di mana sahabat dan keluarganyatelah melupakannya, maka ia menyeru Rabbnya,

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى
رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

dan (ingatlah
kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah
ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua
penyayang". 
(Al-Anbiya’: 83)

Dikatakan kepadanya,

ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا
مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ

(Allah
berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk
minum. 
(Shod: 42)

Nabi Ayyub AS menghantamkan kakinya, maka memancarlah mata air yang dingin karena hantaman kakinya tersebut. Dikatakan kepadanya, "Minumlah darinya serta mandilah." Nabi Ayyub AS melakukannya, maka Allah Ta’ala menghilangkan penyakit yang menimpa bathinnya dan lahirnya.

Kemudian Allah mengembalikan kepadanya; keluarganya, hartanya, sejumlah ni’mat serta kebaikan yang dikaruniakan kepadanya dalam jumlah yang banyak. Dengan kesabarannya itu maka ia merupakan suri teladan bagi orang-orang yang sabar, penghibur bagi orang-orang yang mendapat ujian atau ditimpa musibah serta pelajaran berharga bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran.

Ketika Ayyub sakit, maka ia menemukan kepingan uang milik istrinya yang diperoleh dari hasil pekerjaannya melakukan sesuatu, sehingga ia bersumpah akan mencambuknya seratus kali cambukan. Kemudian Allah meringankannya dari Nabi Ayyub dan istrinya, seraya dikatakan kepadanya :

وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا
فَاضْرِبْ بِهِ وَلا تَحْنَثْ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ
إِنَّهُ أَوَّابٌ

Dan ambillah
dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu
melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah
sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). 
(Shod: 44)

Dalam ayat di atas terdapat dalil bahwa kifarat sumpah tidak disyari’atkan kepada seseorang sebelum syari’at kita, serta kedudukan sumpah di hadapan mereka adalah sama dengan nazdar, yang mesti dipenuhi.

Juga dalam ayat tersebut terdapat dalil, bahwa bagi orang yang tidak mungkin dilaksanakan hukuman had atasnya karena kondisinya yang lemah atau alasan lainnya, hendaklah diberlakukan kepadanya hukuman yang disebut dengan hukuman tersebut, karena tujuan dari pemberlakuan hukuman itu ialah pemberian rasa jera, bukan perusakkan atau penghancuran.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik dari Nabi Muhammad, dia bersabda, “Sesungguhnya Nabi Allah Ayub AS diuji dengan musibah tersebut selama delapan belas tahun, di mana keluarga dekat serta keluarga yang jauh telah menolaknya dan mengusirnya kecuali dua orang laki-laki dari saudara-saudaranya, di mana keduanya telah memberinya makan dan mengunjunginya. Kemudian pada suatu hari salah seorang dari kedua saudaranya itu berkata kepada saudaranya yang satu, ‘Demi Allah, perlu diketahui, bahwa Ayub telah melakukan suatu dosa yang belum pernah dilakukan siapa pun di dunia ini.’ Sahabatnya itu bertanya, ‘Dosa apakah itu?.’ Saudaranya tadi berkata, ‘Selama delapan belas tahun Allah tidak merahmatinya, sehingga menyembuhkannya dari penyakit yang dideritanya.’ Ketika keduanya mengunjungi Ayyub AS maka salah seorang dari kedua saudaranya itu tidak dapat menahan kesabarannya, sehingga ia menyampaikan pembicaraan tersebut kepadanya. Ayyub AS menjawab, ‘Aku tidak mengetahui apa yang kamu berdua bicarakan, kecuali Allah Ta’ala telah memberitahukan; bahwa aku diperintah untuk mendatangi dua orang laki-laki yang berselisih supaya keduanya mengingat Allah. Sedang aku akan kembali ke rumahku dan menutup diri dari keduanya, karena merasa benci mengingat Allah, kecuali dalam kebanaran.’”

Nabi Muhammad bersabda, “Ketika Ayyub AS pergi menunaikan hajatnya maka istrinya memegang tangannya hingga selesai. Suatu hari istrinya datang terlambat dan Ayyub AS menerima wahyu, ‘Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.’ (Shad: 42) Ketika istrinya datang dan bermaksud menemuinya, maka ia melayangkan pandangannya dalam keadaan tertegun, dan Ayyub AS menyambutnya dalam rupa di mana Allah telah menyembuhkan penyakit yang dideritanya, dan rupanya sangat tampan seperti semula. Ketika istrinya melihatnya, seraya bertanya, ‘Semoga Allah memberkatimu, apakah engkau melihat nabi Allah yang sedang diuji? Demi Allah, bahwa aku melihatnya mirip denganmu saat ia sehat.’ Ayyub AS menjawab, ‘Sesungguhnya aku ini adalah dia.’ Ketika itu di hadapannya terdapat dua buah gundukan yaitu gundukan gandum dan jewawut. Kemudian Allah mengirim dua buah awan, di mana ketika salah satunya menaungi gundukan gandum, maka tercurah padanya emas hingga penuh, sedangkan pada gundukan jewawut tercurah mata uang hingga penuh.” (HR. Abu Ya’la, 3617, yang dishahihkan al-Hakim (2/581-582) dan Ibnu Hibban (2091) serta al-Albani dalam kitab Shahîh-nya no. 17).

Semoga bermanfaat.
Share:

Abu Lubabah RA

Setelah beberapa hari berlalu sejak Nabi SAW dan pasukannya meninggalkan Madinah menuju Tabuk, Abu Lubabah beserta tiga (atau dua, dalam riwayat lainnya) temannya menyadari kesalahannya. Mereka menyesal, tetapi tidak mungkin untuk mengejar atau menyusul pasukan tersebut.
Abu Lubabah berkata, "Kita di sini berada di naungan pohon yang sejuk, hidup tentram bersama istri-istri kita, sedangkan Rasulullah beserta kaum muslimin sedang berjihad…sungguh, celakalah kita…."

Tak habis-habisnya mereka menyesal, mereka yakin bahwa bahaya akan menimpa karena ketertinggalannya ini. Untuk mengekspresikan penyesalannya ini, Abu Lubabah berkata kepada kawannya, "Marilah kita mengikatkan diri ke tiang masjid, kita tidak akan melepaskan diri kecuali jika Rasulullah sendiri yang melepaskannya…!!"

Teman-temannya, Aus bin Khudzam, Tsa'labah bin Wadiah dan Mirdas (atau tanpa Mirdas, pada riwayat dua orang temannya) menyetujui usulan ini. Mereka tetap terikat pada tiang tersebut sampai Nabi SAW pulang, kecuali ketika mereka akan melaksanakan shalat. Ketika Nabi SAW pulang dari Tabuk dan masuk ke Masjid, beliau berkata, "Siapakah yang diikat di tiang-tiang masjid itu?"

"Abu Lubabah dan teman-temannya yang tidak menyertai engkau berjihad, ya Rasulullah," Kata seorang sahabat, "Mereka berjanji tidak akan melepaskan diri, kecuali jika tuan yang melepaskannya…!!"

Nabi SAW bersabda, "Aku tidak akan melepaskan mereka kecuali jika mendapat perintah dari Allah…!!"

Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Nabi SAW bersabda tentang mereka, "Aku tidak akan melepaskannya sampai saatnya ada pertempuran lagi…!!" Suatu hari menjelang subuh, ketika itu Nabi SAW sedang berada di rumah Ummu Salamah, tiba-tiba beliau tertawa kecil. Ummu Salamah heran dengan sikap beliau ini dan berkata, "Apa yang engkau tertawakan, Ya Rasulullah?"

"Abu Lubabah dan teman-temannya diterima taubatnya…!!" Kata Nabi SAW.

Saat itu Nabi SAW memang menerima wahyu, Surah Taubah ayat 102,
وَآخَرُونَ اعْتَرَفُوا
بِذُنُوبِهِمْ خَلَطُوا عَمَلا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا عَسَى اللَّهُ أَنْ
يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan (ada
pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur baurkan
pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah
menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

yang menegaskan diterimanya taubat mereka yang berdosa karena ketertinggalannya menyertai jihad bersama Nabi SAW. Ummu Salamah berkata, "Bolehkah aku memberitahukan kepada Abu Lubabah, ya Rasulullah..?" "Terserah engkau saja..!!" Kata Nabi SAW

Ummu Salamah berdiri di depan pintu atau jendela kamarnya yang memang menghadap masjid dan berkata, "Hai Abu Lubabah, bergembiralah karena telah diampuni dosamu, telah diterima taubatmu…!!"

Mereka bergembira, begitu juga dengan para sahabat yang telah berkumpul di masjid untuk shalat shubuh. Mereka ini ingin melepaskan ikatan Abu Lubabah dan teman-temannya, tetapi Abu Lubabah berkata, "Tunggulah sampai datang Rasulullah dan melepaskan sendiri ikatanku…!!" Nabi SAW masuk masjid dan melepaskan sendiri ikatan-ikatan mereka. Pagi harinya, Abu Lubabah dan tiga temannya menghadap Nabi SAW sambil membawa harta yang dipunyainya. Ia berkata, "Ya Rasulullah, inilah harta benda kami, shadaqahkanlah atas nama kami, dan tolong mintakan ampunan bagi kami…."

Nabi SAW bersabda, "Aku tidak diperintahkan untuk menerima harta sedikitpun (berkaitan dengan penerimaan taubat ini)…!!" Tetapi tak lama berselang, Nabi SAW memperoleh wahyu, Surah Taubah ayat 103, yang memerintahkan agar beliau untuk menerima shadaqah dari Abu Lubabah dan teman-temannya, dan mendoakan mereka. Beliau melaksanakan perintah ayat tersebut, dan itu membuat Abu Lubabah dan teman-temannya menjadi lebih gembira dan tentram hatinya.

Riwayat lain menyebutkan, peristiwa Abu Lubabah mengikatkan diri di tiang Masjid Nabi bukan berkaitan dengan Perang Tabuk, tetapi dengan Perang Bani Quraizhah.

Setelah berakhirnya Perang Khandaq (parit) atau Perang Ahzab karena pasukan kaum kafir Quraisy dan sekutu-sekutunya diporak-porandakan oleh angin dan badai di waktu subuh, Nabi SAW dan kaum muslimin segera kembali ke Madinah. Angin dan badai tersebut sebenarnya adalah pasukan malaikat yang dikirim Allah untuk membantu kaum muslimin, dan di waktu dhuhur, Jibril yang menjadi pimpinan pasukan malaikat menemui Nabi SAW sambil berkata, “Wahai Muhammad, mengapa engkau meletakkan senjata sedangkan kami belum meletakkan senjata. Serulah mereka untuk menuju Bani Quraizhah, dan kami akan berada di depanmu. Akan aku guncangkan benteng mereka dan aku susupkan ketakutan di hari mereka…!!” Bani Quraizhah adalah kaum Yahudi di Madinah yang terikat perjanjian damai dan kerjasama dengan Nabi SAW dalam Piagam Madinah.

Tetapi ketika terjadi pengepungan Madinah oleh pasukan kafir Quraisy dan sekutunya, mereka justru berpihak kepada pasukan musuh dan memasok kebutuhan makanannya. Mereka juga berencana menyerang penampungan kaum wanita dengan mengirim seorang mata-mata terlebih dahulu. Untung saja, berkat keberanian bibi Rasulullah SAW, Shafiyyah binti Abdul Muthalib, mereka membatalkan rencananya itu. Shafiyah berhasil membunuh mata-mata tersebut dan menggelindingkan mayatnya ke arah pasukan Bani Quraizhah yang siap menyerang, karena itu mereka beranggapan bahwa ada pasukan muslim yang menjaga para kaum wanitanya, padahal tidak ada.

Segera saja Nabi SAW memerintahkan Bilal untuk menyerukan panggilan jihad, “Siapa saja yang tunduk dan patuh, janganlah melaksanakan shalat ashar kecuali di Bani Quraizhah!!”

Dalam kondisi baru tiba (pulang) setelah mempertahankan diri dari pengepungan kaum kafir Quraisy dan sekutunya selama satu bulan, ternyata tidak mudah untuk mengumpulkan seluruh pasukan. Karena itu Nabi SAW memerintahkan agar mereka yang telah siap, walau dalam kelompok yang kecil, agar segera berangkat. Kelompok demi kelompok akhirnya berkumpul di tempat Bani Quraizhah ketika telah menjelang waktu isya’, dan pada saat itulah mereka melaksanakan shalat ashar sesuai perintah Nabi SAW.

Kaum muslimin melakukan pengepungan selama beberapa hari lamanya, dan akhirnya pemimpin Bani Quraizhah, Ka’b bin Asad mengirim utusan kepada Nabi SAW sebagai tanda menyerah. Tetapi mereka juga meminta Nabi SAW mengirim Abu Lubabah untuk melakukan pembicaraan dan mendengar pendapatnya. Abu Lubabah memang sekutu terbaik kaum Yahudi Bani Quraizhah sebelum Islam datang, bahkan saat itu harta kekayaan dan anak Abu Lubabah ada yang masih tinggal (tertinggal) di wilayah kaum Yahudi tersebut. Dan ternyata, dalam situasi yang seperti itu Nabi SAW memenuhi permintaan mereka.

Ketika Abu Lubabah memasuki benteng dan perkampungan Bani Quraizhah, mereka mengelu-elukan dirinya, para wanita dan anak-anak menangis di hadapannya. Hal itu membuat Abu Lubabah terharu dan merasa kasihan. Ka’b berkata, “Wahai Abu Lubabah, apakah kami harus tunduk kepada keputusan Muhammad??”

“Begitulah!!” Kata Abu Lubabah, tanpa sadar ia memberi isyarat dengan tangannya yang diletakkan di lehernya, isyarat bahwa mereka akan dihukum mati. Mungkin karena suasana yang dilihatnya atau rasa kedekatannya selama ini yang membuat ia bersikap seperti itu. Tetapi seketika itu ia menyadari apa yang dilakukannya, yang sama artinya bahwa ia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Tanpa bicara apa-apa lagi ia berlari keluar, bukannya kembali menghadap Nabi SAW, tetapi menuju masjid Nabawi dan mengikatkan dirinya di tiang masjid sembari bersumpah tidak akan pernah memasuki Bani Quraizhah, dan juga tidak akan melepaskan ikatannya kecuali Nabi SAW sendiri yang melepaskannya.

Rasulullah SAW menunggu-nunggu kedatangan Abu Lubabah, karena tidak datang juga, beliau mengirimkan seorang utusan lainnya. Setelah mendengar tentang apa yang dilakukannya, beliau bersabda, “Andaikata ia datang kepadaku, tentu aku akan memaafkannya. Tetapi karena ia telah berbuat seperti itu (yakni dengan diikuti sumpah), maka aku tidak bisa melepaskannya kecuali jika ia benar-benar bertaubat kepada Allah!!” Selanjutnya sama dengan kisah di atas.

Kita ambil hikmahnya dari kisah diatas.
Share:

Riwayat Cisitu

Assalamualaikum, 

Salam jumpa lagi di week and,  semoga selalu semangat. 

Setiap kejadian,  setiap nama pasti ada kisah atau riwayat dari kejadian dan atau nama tersebut. 

Banyak cerita cerita legenda yang dikisahkan,  dan juga banyak nama nama tempat yang selalu ada kisah sebelumnya. 

Tak terkecuali kampung cisitu, nah artikel kali ini saya coba menuliskan riwayat kampung cisitu yang saya dapatkan cerita ini dari orang tua. 

Kampung cisitu adalah kampung yang asal mula tanah yang tampa ada bangunan banyak hanya satu dua bangunan. 

Dulu cisitu dijadikan persembunyian dari gerombolan yang selalu memburu dan membunuh.

Dari riwayat orang tua dulu disini (cisitu)  ada situ tapi tidak terlalu besar, dan pada akhirnya situ menjadi sebuah nama kampung yaitu cisitu. 

Dari situlah nama cisitu diambil,  selain ada situ di kampung cisitu tidak pernah kekurangan air,  air selalu mengalir ke rumah rumah warga. 

Semoga bermanfaat. 
Share:

Hadist ke 1

Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya.

Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’” (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits)

Kedudukan Hadits

Materi hadits pertama ini merupakan pokok agama. Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Ada Tiga hadits yang merupakan poros agama, yaitu hadits Úmar, hadits Aísyah, dan hadits Nu’man bin Basyir.” Perkataan Imam Ahmad rahimahullah tersebut dapat dijelaskan bahwa perbuatan seorang mukallaf bertumpu pada melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Inilah halal dan haram. Dan diantara halal dan haram tersebut ada yang mustabihat (hadits Nu’man bin Basyir). Untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan dibutuhkan niat yang benar (hadits Úmar), dan harus sesuai dengan tuntunan syariát (hadits Aísyah).

Setiap Amal Tergantung Niatnya

Diterima atau tidaknya dan sah atau tidaknya suatu amal tergantung pada niatnya. Demikian juga setiap orang berhak mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya dalam beramal. Dan yang dimaksud dengan amal disini adalah semua yang berasal dari seorang hamba baik berupa perkataan, perbuatan maupun keyakinan hati.

Fungsi Niat

Niat memiliki 2 fungsi :

  1. Jika niat berkaitan dengan sasaran suatu amal (ma’bud), maka niat tersebut berfungsi untuk membedakan antara amal ibadah dengan amal kebiasaan.
  2. Jika niat berkaitan dengan amal itu sendiri (ibadah), maka niat tersebut berfungsi untuk membedakan antara satu amal ibadah dengan amal ibadah yang lainnya.

Pengaruh Niat yang Salah Terhadap Amal Ibadah
Jika para ulama berbicara tentang niat, maka mencakup 2 hal :
  1. Niat sebagai syarat sahnya ibadah, yaitu istilah niat yang dipakai oleh fuqoha’.
  2. Niat sebagai syarat diterimanya ibadah, dengan istilah lain: Ikhlas.
Niat pada pengertian yang ke-2 ini, jika niat tersebut salah (tidak Ikhlas) maka akan berpengaruh terhadap diterimanya suatu amal, dengan perincian sebagai berikut :
  • Jika niatnya salah sejak awal, maka ibadah tersebut batal.
  • Jika kesalahan niat terjadi di tengah-tengah amal, maka ada 2 keadaan :
- Jika ia menghapus niat yang awal maka seluruh amalnya batal.
- Jika ia memperbagus amalnya dengan tidak menghapus niat yang awal, maka amal tambahannya batal.

c. Senang untuk dipuji setelah amal selesai, maka tidak membatalkan amal.
Beribadah dengan Tujuan Dunia
Pada dasarnya amal ibadah hanya diniatkan untuk meraih kenikmatan akhirat. Namun terkadang diperbolehkan beramal dengan niat untuk tujuan dunia disamping berniat untuk tujuan akhirat, dengan syarat apabila syariát menyebutkan adanya pahala dunia bagi amalan tersebut. Amal yang tidak tercampur niat untuk mendapatkan dunia memiliki pahala yang lebih sempurna dibandingkan dengan amal yang disertai niat duniawi.

Hijrah
Makna hijrah secara syariát adalah meninggalkan sesuatu demi Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah artinya mencari sesuatu yang ada disisi-Nya, dan demi Rasul-Nya artinya ittiba’ dan senang terhadap tuntunan Rasul-Nya.

Bentuk-bentuk Hijrah :
  1. Meninggalkan negeri syirik menuju negeri tauhid.
  2. meninggalkan negeri bidáh menuju negeri sunnah.
  3. Meninggalkan negeri penuh maksiat menuju negeri yang sedikit kemaksiatan.
Ketiga bentuk hijrah tersebut adalah pengaruh dari makna hijrah.

Semoga bermanfaat.
Share:

Kisah Nabi Ibrahim

Genealogi

Ibrahim merupakan putra Azar (Tarikh) bin Nahur bin Sarugh bin Ra'u bin Faligh bin Abir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Sam bin Nuh. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam A'ram, yang terletak di wilayah kerajaan Babilonia. Ayah Ibrahim memiliki tiga putra: Ibrahim, Haran, dan Nahor. Haran memiliki seorang putra yakni nabi Luth sementara Ibrahim memiliki dua putra yang termasuk golongan nabi, yaitu Ismail dan Ishaq, sedangkan nabi Yaqub merupakan cucu Ibrahim.

Menurut al-Kalbiy, ibu nabi Ibrahim bernama Buna binti Karbina bin Kartsi, yang berasal dari Bani Arfakhsyad, sedangkan dalam kitab at-Tarikh dari Ishaq bin Basyar al-Kahiliy karya Al-Hafidz ibnu Asakir, ibu nabi Ibrahim bernama Amilah. Ibnu Asakir meriwayatkan pula, bahwasanya nabi Ibrahim dijuluki sebagai "Abu adh-Dhaifan.

Para istri Ibrahim

Ketika Sarah hendak ditawan raja Mesir untuk dijadikan selir, Allah memberikan perlindungan kepada Sarah sehingga raja Mesir tidak dapat menjadikan Sarah sebagai selir. Setelah menyadari bahwa Allah telah menghadirkan berbagai musibah menimpa diri raja Mesir akibat Sarah yang merupakan istri Ibrahim, ia mengembalikan Sarah kepada Ibrahim serta raja Mesir menghadiahkan Hajar sebagai budak untuk Sarah sebagai penebusan dosa. Hajar adalah seorang permaisuri kerajaan Mesir.

Para istri Ibrahim dan anak-anak yang dilahirkan oleh mereka adalah sebagai berikut :

  • Sarah : Ishaq
  • Hajar al-Qibthiyah al-Mishtiyah : Ismail
  • Qanthura binti Yaqthan : Zimran, Yaqsyan, Madan, Madyan, Syiyaq dan Syuh.

Mukjizat
Melihat burung dihidupkan kembali Ibrahim yang sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan maupun penyembahan berhala, ingin mempertebal keimanan dan keyakinannya terlebih dahulu, untuk menenteramkan kalbu serta membersihkan keragu-raguan yang mungkin mengganggu pikiran, Ibrahim memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepada dirinya tentang cara Allah menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ
رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى
وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ
فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ
ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan
(ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana
Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?".
Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap
(dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung,
lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas
tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah
mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Baqarah : 260)

Diselamatkan ketika berada di Perapian
Sebagian ulama salaf menyebutkan bahwa ketika Jibril menampakkan diri kepada Ibrahim di udara, ia bertanya kepada Ibrahim apakah Ibrahim memerlukan bantuan, kemudian Ibrahim menjawab tidak perlu bantuan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair mengisahkan bahwa, Malaikat Ar-Ra'd (malaikat pengatur awan dan hujan) mengatakan, "Kapan saja aku diperintah, maka aku akan menurunkan hujan" namun Firman Allah hadir lebih cepat,
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي
بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ
Kami
berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim". (Al-Anbiyaa : 69)

Ka'ab al-Ahbar meriwayatkan, "Saat itu seluruh penduduk bumi tidak bisa menyalakan api, sedangkan Ibrahim tidak terbakar sedikitpun selain tali yang mengikat dirinya." Sedangkan menurut As-Suddiy, "Saat itu Ibrahim didampingi oleh Malaikat Azh-Zhil (malaikat pemberi naungan), sehingga saat itu Ibrahim yang berada di kobaran api, sebenarnya ia berada di taman hijau. Orang-orang melihatnya dan tidak mampu memahami keadaan itu dan ia pun tidak keluar untuk menemui mereka."

Terdapat riwayat pula bahwa ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam kobaran api besar; semua hewan di muka bumi berusaha memadamkan api tersebut, kecuali tokek yang berusaha membuat api membesar.
Pasir berubah menjadi makanan.

Abdur Razzaq meriwayatkan dari Mu’ammar dari Zaid bin Aslam bahwasanya Namrudz memiliki berbagai makanan, orang-orang berduyun-duyun untuk memperoleh kebutuhan makanan, termasuk Ibrahim datang untuk memperoleh kebutuhan makanan pula. Menurut kitab "Qashash al-Anbiyaa", pada sebuah hari ketika persediaan makanan telah habis, nabi Ibrahim mengambil gundukan pasir, yang kemudian berubah menjadi bahan makanan tatkala ia sampai di rumah.

Kisah
Kelahiran dan masa kecil
Pada 2295 SM. Kerajaan Babilonia waktu itu diperintah oleh Namrudz, seorang raja bengis yang berkuasa secara absolut dan zalim. Kerajaan itu mendapat pertanda langka pada bintang-bintang bahwa akan ada seorang anak laki-laki perkasa lahir dan keturunannya akan memenuhi seisi bumi, dengan salah seorang keturunannya akan membunuh Namrudz. Ketakutan terhadap kabar ini, maka ada perintah bahwa semua bayi laki-laki yang baru lahir harus dibunuh. Pada waktu yang hampir bersamaan, ayah dari nabi Ibrahim merasakan kebahagiaan sekaligus kekhawatiran karena ia mendengar kabar bahwa istrinya sedang mengandung seorang anak sesaat setelah ia dinobatkan sebagai panglima kerajaan, lalu kedua putranya, Nahor dan Haran, memberi pendapat tentang persoalan ini.

Haran, sebagai seorang ahli nujum, berpendapat bahwa sang ayah dapat menyerahkan anak itu kepada raja, sebab Haran meyakini bahwa belum ada pertanda di langit yang gagal; sekalipun harus diserahkan ke pedang atau perapian, Haran percaya akan ada keajaiban yang membuat anak itu tetap hidup. Sedangkan Nahor memberi saran supaya sang ibu meninggalkan negeri Babilonia selama beberapa waktu, sementara itu sang ayah dapat menyerahkan bayi lain sebagai ganti Ibrahim. Sang ayah menerima saran Nahor supaya menyelamatkan diri dari negeri Babilonia.

Ibu Ibrahim ditempatkan di sebuah gua bersama seorang pengasuh sampai hari bersalin dan sang ayah mengambil seorang bayi dari seorang hambanya untuk diserahkan ke Namrudz. Ketika penyembelihan bayi dilakukan, Namrudz bergembira sebab ia menyangka ancaman bagi kerajaannya telah lenyap. Sementara itu, setelah Ibu Ibrahim mengalami persalinan, ia bersama pengasuh meninggalkan Ibrahim seorang diri di gua, sang ibu menangis seraya berdoa "Semoga Sang Pelindung selalu menyertaimu, wahai anakku....." setelah Ibrahim ditinggalkan seorang diri, Allah mengutus sesosok malaikat supaya hadir dan merawat Ibrahim.

Setelah berbulan-bulan, Haran masih mempercayai pertanda di langit tentang Ibrahim sehingga ia pergi mendatangi gua di mana Ibrahim ditinggalkan. Haran terkejut ketika mendapati adiknya telah menjadi seorang anak laki-laki yang dapat berbicara. Haran mengajak Ibrahim pulang ke negeri Babilonia namun Ibrahim sempat menolak seraya menyatakan bahwa ia tidak mempunyai rumah karena ia mengaku telah tersesat di sebuah tempat yang tidak ia kenal. Pada akhirnya Haran berhasil membawa Ibrahim ke rumah sang ayah di Babilonia. Ketika Haran mempertemukan Ibrahim, sang ayah tidak percaya bahwa anak yang diajak Haran itu merupakan bayi yang telah ditinggalkan selama berbulan-bulan di gua. Ketika Ibrahim ditanya siapa yang selama ini memberinya makan, ia menjawab bahwa Yang Maha Pemberi yang menyediakan makanan untuknya, lalu ia kembali ditanya tentang siapa yang merawatnya saat sakit, ia menjawab bahwa Yang Maha Menyembuhkan yang melakukannya, kemudian ketika ditanya tentang siapa yang memberitahunya tentang jawaban-jawaban ini, Ibrahim menjawab bahwa Yang Maha Mengetahui yang mengajarinya. Terkejut dengan jawaban-jawaban ini, sang ayah merasa heran dan takjub terhadap Ibrahim. Untuk menghindari kecurigaan Namrudz, Ibrahim diasuh di rumah Haran yang berada di luar wilayah Babilonia. Di sana Ibrahim dibesarkan bersama anak-anak kakaknya yaitu Luth, Sarah dan Milka.

Masa remaja
Mencari Tuhan yang sebenarnya
Ketika Ibrahim telah berusia dua belas tahun, ia merasa kehilangan sosok yang sebelumnya memberi makan dan perlindungan untuk dirinya, terlebih ia mendapati orang-orang di negeri itu merupakan para penyembah patung berhala. Ibrahim mengingkari anggapan bahwa patung adalah dewa sehingga ia merasa tak betah berada di tengah-tengah negeri itu. Ibrahim memutuskan untuk mencari Tuhan hingga ia harus berpindah di rumah nabi Nuh selama beberapa waktu.

Setelah berguru di rumah Nuh, Ibrahim memutuskan pergi sebab ia belum mendapat jawaban dalam pencariannya. Tatkala Ibrahim kembali ke rumah ayahnya, ia sering mendapati ayahnya sedang membuat patung-patung serta meletakkan makanan di depan patung-patung itu sehingga menyebabkan Ibrahim bertanya-tanya tentang perilaku sang ayah. Mendapati jawaban bahwa sang ayah menyembah patung karena tradisi leluhur, Ibrahim mempertanyakan tradisi ini namun sang ayah membiarkan Ibrahim. Pada zaman Ibrahim, sebagian besar orang di Mesopotamia beragama politeisme, yakni tradisi penyembahan lebih dari satu dewa, baik berupa dewa-dewa di muka bumi maupun dewa-dewa di langit dan orang-orang tersebut membuat patung sebagai simbol dewa-dewa itu. Ketika Ibrahim bertanya tentang Tuhan kepada Nahor, kakaknya menjelaskan bahwa di langit ada dewa-dewa, akan tetapi Ibrahim merasa perlu membuktikan ucapan ini. Pencarian Ibrahim mengenai Tuhannya, tercantum dalam Al-Qur'an, yang berbunyi :
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ
اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ
الآفِلِينَ (76)
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ
بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي
لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (77)
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ
بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ
إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (78)
76. Ketika malam
telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah
Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka
kepada yang tenggelam".

77. Kemudian
tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah
bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi
petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat".

78. Kemudian
tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang
lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai
kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Inilah daya logika yang dianugerahkan kepada nabi Ibrahim dalam menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya sehingga ia menyadari bahwa Yang Mengendalikan bulan, bintang, matahari, siang, malam serta Yang Menciptakan segala makhluk di bumi adalah Tuhan yang sebenarnya.

Peringatan terhadap para penyembah berhala
Semasa remaja, Ibrahim masih sering bertanya kepada sang ayah tentang Tuhan yang sesungguhnya. Walau demikian, ayahnya tetap tak menghiraukan Ibrahim. Sampai suatu ketika Ibrahim bertanya: "Terbuat dari apakah patung-patung ini?" maka ayahnya menunjukkan kayu sebagai bahan pembuatan. Ibrahim pun mempertanyakan "Apakah kayu itu tuhan?, benda yang hangus lenyap di perapian?" untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan lain, Ibrahim diperintah menjual patung-patung buatan ini. Ibrahim berkeliling kota menjajakan patung-patung buatan ayahnya, namun karena iman dan tauhid yang telah Allah ilhamkan kepada dirinya, Ibrahim merasa tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek menawarkan patung-patung itu kepada calon pembeli dengan kata-kata: "Siapakah yang akan membeli patung-patung yang diam dan tidak berguna ini?". Melalui berbagai cara, Ibrahim berusaha menyadarkan tentang kesia-siaan patung dan Ibrahim berupaya berdakwah seraya mengenalkan tentang Tuhan kepada banyak orang.

Ibrahim yang mendapati sang ayah tetap tidak mau meninggalkan penyembahan berhala-berhala kayu, merasa sedih dan ingin menyadarkan tentang kekeliruan ini. Berulang-ulang kali ia berusaha memperingatkan, hingga Ibrahim menyatakan "Sekiranya kayu itu memang sembahan, bukankah api dapat menghanguskan kayu, sekalipun api disebut sembahan, maka air dapat memadamkan dan melenyapkan api, meskipun air disebut sebagai sembahan, maka air akan lenyap diserap oleh tanah; sekalipun tanah disebut sebagai sembahan, maka matahari mengeringkan tanah dan menjadikannya tandus. Sekalipun matahari bersinar terang, tidaklah itu layak dianggap sembahan sebab ia akan kehilangan cahaya karena awan yang bergumpal-gumpal dan lenyap dalam kegelapan malam lalu tergantikan sinar bulan dan bintang-bintang. Awan-awan dan malam pun tidak pantas dianggap sebagai sembahan sebab apakah sembahan hanya hadir dalam waktu tertentu dan menghilang dalam waktu tertentu, sementara umat manusia beserta segala makhluk di bumi selalu hidup dan hadir setiap waktu? bukankah Yang Menciptakan langit, bumi beserta segala yang antara keduanya adalah Tuhan yang sebenarnya? kiranya kamu mau merenungkan."

Ibrahim berseru kepada kaumnya: "Apapun yang kalian sembah itu adalah segala yang kubenci selain Tuhan atas segala sesuatu, Dialah yang menciptakan diriku dan membimbing diriku sebab Dia menciptakan sesuatu berdasar tujuanNya dan KehendakNya, Dialah yang menghadirkan kebenaran kepadaku melalui pendengaranku, sebab semula aku hanya ciptaan yang bahkan tidak mengenali diri sendiri, Dialah yang menampakkan cahaya yang menerangi supaya aku tahu jalan apa yang harus kutempuh karena aku hanyalah ciptaan yang tersesat di antara bumi dan langitNya, Dialah yang selalu hadir untukku sebab Dialah yang menyediakan segala hal untuk kumakan dan kuminum, Dialah yang menghidupkan yang mati untukNya dan mematikan yang hidup tanpaNya. Aku sendiri tidak tahu untuk apa aku dihidupkan maka tiada tugas bagiku di dunia selain melaksanakan apapun yang diperintahkan oleh Pencipta yang menghidupkanku, dan aku pun bersedia mati sekiranya Dia pula yang menghendaki itu. Lalu patutkah aku bersujud memuja kepada benda-benda yang kalian serukan itu daripada menyembah Tuhan yang menghidupkan seluruh makhluk di bumi?" Dengan cara demikian, Ibrahim berusaha untuk menyadarkan kaumnya akan tetapi mereka mengabaikan seruan-seruan Ibrahim dan mereka tetap berkeras meneruskan penyembahan berhala.

Berdakwah kepada ayahnya
Allah menjelaskan dalam Al-Qur'an kisah ketika Ibrahim berkata pada ayahnya, Azar :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ
لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي
ضَلالٍ مُبِينٍ
Dan
(ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu
menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu
dan kaummu dalam kesesatan yang nyata". (Al-Anam : 74)

Beberapa mufassirin berpendapat bahwa Azar bukan ayah nabi Ibrahim namun pamannya. Al-Qur'an hanya menjelaskan bahwa Azar serupa kaum penyembah berhala, Azar adalah seorang pedagang patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri, kemudian orang-orang membeli patung darinya untuk dipergunakan sewaktu upacara persembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayahkandungnya terlebih dahulu sebagai orang yang terdekat kepadanya, juga sebagai peringatan bagi sang ayah bahwa penyembahan terhadap berhala-berhala merupakan perbuatan sesat dan bodoh. Selain itu Ibrahim menganggap bahwa sikap berbakti kepada ayahnya mewajibkan dirinya untuk memberi penerangan untuk menyingkirkan kepercayaan sesat supaya sang ayah mengikutinya dalam beriman kepada Allah, Yang Maha Kuasa.

Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya serta melalui kata-kata yang halus, Ibrahim datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutus oleh Allah sebagai nabi dan rasul serta telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh sang ayah. Ibrahim mulai bertanya secara lemah lembut kepada ayahnya, kemudian bertanya apakah gerangan yang menjadi penyebab untuk menyembah berhala seperti kaumnya walaupun berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun serta tidak dapat mendatangkan keuntungan untuk penyembahnya ataupun tidak dapat mencegah nasib buruk. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu merupakan semata-mata ajaran setan yang memang menjadi musuh terhadap umat manusia sejak Adam diturunkan ke bumi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakan untuk berpaling dari berhala-berhala, supaya sang ayah kembali menyembah Allah yang menciptakan umat manusia beserta semua makhluk yang hidup, maupun Yang Memberi mereka rezeki maupun kenikmatan hidup, serta Yang Mempercayakan bumi dan segala isinya kepada umat manusia.

Pemberontakan melawan kaum penyembah berhala
Di saat Ibrahim telah menyadarkan bahwa kayu bukanlah Tuhan dan dakwah-dakwahnya telah tersebar ke berbagai negeri, Namrudz yang mendakwakan diri sebagai raja di muka bumi memerintahkan seluruh rakyatnya datang membawa batu dan patung untuk mendirikan sebuah tugu menjulang tinggi di Babilonia sebagai tempat berhala khusus sehingga seluruh orang-orang dalam negeri itu diajak bersatu sebagai sebuah kaum penyembah berhala patung sehingga orang-orang tersebut menganggap segala jenis tindakan yang tidak menyembah berhala patung sebagai ajaran menyimpang. Ketika mendapati berbagai patung berhala sebagai sembahan, maka Ibrahim semakin berniat menyadarkan kaumnya tentang kebodohan ini dan ia ingin membuktikan bahwa patung batu hanyalah benda mati yang tidak dapat bertindak apapun terhadap para penyembahnya. Ibrahim datang seorang diri sewaktu meruntuhkan segala patung batu yang ada di Babilonia terkecuali sebuah patung terbesar yang dianggap sebagai dewa paling hebat oleh kaumnya.

Mendapati sebuah kekacauan dan puing reruntuhan di tempat ibadah mereka, para penyembah berhala merasa sangat murka kemudian mereka hendak menghukum orang yang melakukan tindakan ini. Ibrahim; yang dikenal berani menentang penyembahan berhala, dipanggil untuk dihakimi. Mereka bertanya: "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap sembahan-sembahan kami, wahai Ibrahim?" ia menjawab: "Sebenarnya patung terbesar itu yang melakukan hal ini, cobalah tanyakan kepada berhala itu jika memang dapat berbicara." mereka pun mulai tersadar lalu ia mengatakan: "Sesungguhnya kalian itu memang orang-orang yang berlaku sewenang-wenang" kemudian dengan kepala tertunduk mereka berkata: "Sesungguhnya kamu telah menyadari bahwa berhala-berhala itu memang tidak dapat berbicara." ia berkata: "Lalu mengapakah kalian menyembah selain daripada Allah, berbagai sembahan yang tidak sedikit pun dapat memberi manfaat dan tidak pula menimpakan nasib buruk terhadap kalian? jika kalian tidak menghentikan tindakan semacam ini tentulah Tuhanku kelak membakar kalian di Neraka."

Perapian Babilonia
Mendengar pernyataan ini; para penyembah berhala itu tidak serta merta menyerah dan mengakui dosa, justru mereka beranggapan bahwa Ibrahim hendak membakar seluruh orang yang menyembah berhala. Sebagai hukuman atas tindakan terhadap patung-patung berhala maupun pernyataan ini, mereka hendak membunuh dan membakarnya. Para penyembah berhala itu beramai-ramai mengumpulkan banyak kayu bakar untuk sebuah perapian yang besar. Kemudian Namrudz sebagai orang yang telah mengajak seluruh penduduk negeri agar menyembah berhala, menyatakan secara angkuh: "Hal ini akan menjadi bukti, siapa raja dan dewa di muka bumi ini dan siapa yang manusia biasa, kalian akan menyaksikan pada hari ini bahwa orang itu dilenyapkan di perapian akibat berani menyatakan bahwa kita akan dibakar oleh Tuhannya; maka biarlah Tuhannya sendiri yang menyelamatkan ia, sementara akulah dewa yang menyelamatkan kalian!"

Banyak orang dari berbagai negeri hadir untuk menyaksikan peristiwa ini dan sebagian besar mereka percaya kepada Namrudz. Di tengah-tengah kerumunan, terdapat kakak Ibrahim, Haran, yang turut dihadirkan karena selama ini telah menyembunyikan Ibrahim dan tidak menyerahkan kepada raja Namrudz. Ketika Haran ditanya mengapa ia tidak menuruti perintah Namrudz, ia menjawab: "Bukankah aku pernah mengatakan bahwa apapun yang kalian lakukan, kalian takkan bisa mengubah segala yang tertulis di langit, sebab kalian sendiri tidak sanggup mengubah langit dan bukanlah kalian yang berkuasa di langit maupun di bumi" kemudian mereka menjawab: "Memang ucapan itu terbukti sampai saat ini, namun lihatlah setelah Ibrahim jatuh ke perapian itu, apakah ucapanmu itu masih tetap berlaku" mereka pun bertanya: "Apakah kamu percaya pada Tuhannya Ibrahim?" Haran merasakan keraguan dalam benaknya, sebab di malam sebelumnya ia mendapati pertanda di langit bahwa akan ada orang yang terbakar hebat oleh perapian, sehingga Haran menganggap bahwa adiknya takkan selamat dari perapian. Haran menjawab "Seandainya Ibrahim tidak selamat dari perapian tentulah aku akan pergi dan meninggalkan kalian sejauh mungkin bersama aib ini, akan tetapi jika melalui keajaiban dahsyat Ibrahim berhasil selamat maka aku akan datang dan memeluknya."

Ketika Ibrahim hendak dilempar ke perapian, sesosok malaikat hadir untuk menawarkan pembebasan Ibrahim supaya dapat melarikan diri dari hukuman kaumnya namun Ibrahim berkata: "Cukuplah Yang Maha Melindungi yang memberi keselamatan padaku, sebab selama ini Dialah yang melindungi nyawaku terhadap Maut; bahwa segala penyelamatan hanya berasal dari Dia; sekalipun aku harus mati, maka aku bersedia jika itu yang Dia kehendaki" lalu malaikat tersebut pergi meninggalkan Ibrahim. Allah turut bersaksi dengan para malaikat ketika mendapati bahwa hampir seluruh manusia di muka bumi pada zaman itu memiliki satu pemikiran dari satu sudut pandang terhadap peristiwa perapian ini, maka Allah hendak melaksanakan ketetapan kepada pikiran umat manusia dengan menampakkan hal-hal berbeda dalam penglihatan mereka, yang kemudian satu umat dan satu bangsa di bumi menjadi berbagai bangsa yang memiliki pendirian dan pola pikir yang berbeda. Tatkala Ibrahim melompat ke perapian yang membara, seketika Allah berfirman kepada perapian supaya menjadi keselamatan terhadap Ibrahim, maka api dari Allah hadir untuk melindungi Ibrahim supaya dapat berjalan dalam keadaan selamat dari tengah-tengah perapian.

Mendapati Ibrahim selamat dari perapian, Haran bergegas mendekat untuk memeluknya; akan tetapi Haran seketika mati disambar oleh kobaran api itu, sebab Haran mendekat tanpa memiliki keimanan kepada Allah. Pada saat semacam ini, Terdapat pandangan yang bermacam-macam dalam pengamatan orang-orang yang menyaksikan, sebagian mengatakan: "Dewa itu adalah api sebab api yang telah menyelamatkan Ibrahim" sebagian lain mengatakan: "Dewa itu adalah kayu, oleh karena kayu itu, Ibrahim selamat" sebagian lain mengatakan: "Dewa itu adalah angin, sebab angin yang menghindarkan Ibrahim" hingga muncul berbagai pendapat berbeda-beda terhadap kejadian ini. Orang-orang yang saling bersepakat tentang pandangan yang sama membentuk sebuah kelompok tersendiri untuk membantah serta berselisih dengan pihak berseberangan pandangan; disebabkan mereka saling berkeras pada pendapat masing-masing dan mereka menolak untuk menerima kebenaran dari pihak lain, termasuk untuk menerima kebenaran pendapat Ibrahim bahwa Allah yang telah menyelamatkan dirinya menghadapi perapian. Sebagian besar umat manusia berpegang pada pendapat masing-masing dan tidak mengakui satu sama lain bahkan tidak mau mengakui Allah. Sejak saat itulah umat manusia saling menjauh berpencar dari tempat perapian ini, kemudian membentuk bangsa, bahasa, agama, maupun budaya; yang masing-masing anggap sebagai yang paling benar. Dari banyak manusia yang menghendaki kepercayaan masing-masing, Ibrahim maju seraya menyatakan bahwa ia hanya percaya kepada Allah serta hanya berserah diri kepada Kehendak Allah, sehingga Allah memilih Ibrahim sebagai manusia pilihan Allah dari segala bangsa di muka bumi,serta Allah memberkati Ibrahim beserta golongan yang mengikuti pribadi Ibrahim. Setelah itu, Ibrahim mengatakan kepada orang-orang yang saling berselisih: "Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah, hanyalah didasari rasa tentram dan kasih sayang bagi kalian sendiri dalam kehidupan dunia ini; kelak pada hari kiamat sebagian kalian mengingkari sebagian lain dan sebagian kalian mengutuk sebagian lain, dan tempat kembali kalian memang neraka dan takkan ada satupun yang membela kalian."

Perdebatan dengan Namrudz dan hijrah dari tanah leluhur
Setelah menyaksikan Ibrahim yang diselamatkan oleh Allah dari perapian, Namrudz beserta para pengikutnya merasa dipermalukan dan merasa takut bahwa lebih banyak orang yang percaya kepada Ibrahim dibanding kepada kerajaannya. Oleh sebab telah mendakwakan diri sebagai raja dan dewa atas umat manusia, Namrudz berupaya mengalahkan Ibrahim dengan memberikan pertanyaan sebagai tantangan: “kami sadari bahwa kamu memang tetap hidup dari perapian tetapi kamu tidak menghadirkan sembahanmu di hadapan kami, maka kami takkan percaya kepadamu” Ibrahim mengatakan: "Tuhankulah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan manusia yang Dia kehendaki, sebab Dialah yang Berkuasa atas segala yang di langit maupun di bumi," seketika Namrudz memanggil dua orang budak lalu Namrudz membunuh salah seorang budak dan membiarkan seorang yang lain tetap hidup, Namrudz pun menyombongkan diri: "aku pun memiliki kuasa di bumi terhadap orang-orang itu sebab akulah raja, dan aku pun dewa yang sanggup menghidupkan dan mematikan; maka aku bertaruh dengan seluruh budak yang kumiliki bahwa kamu takkan bisa menunjukkan kepadaku tentang bukti-bukti tentang Tuhanmu itu" Ibrahim berkata: "Sekalipun kamu memberi seisi bumi kepadaku, ketahuilah bahwa segala yang ada di bumi beserta yang ada di langit merupakan Milik Allah. maka lihatlah ke arah matahari yang terbit itu, sesungguhnya Allah adalah Yang Menerbitkan Matahari dari arah timur, jika memang terdapat kuasa padamu terhadap matahari maka terbitkanlah matahari dari arah barat," seketika Namrudz tertegun dan menjadi bisu di hadapan Ibrahim lalu banyak orang yang meninggalkan dan memisahkan diri dari kepemimpinan Namrudz lalu orang-orang tersebut mendirikan kekuasaan mereka sendiri.

Dengan diiringi banyak pengikut, Ibrahim meninggalkan Babilonia sewaktu ayahnya memanggil anak-anaknya supaya hadir di rumah Haran untuk pembagian warisan. Kedua anak perempuan Haran masing-masing dijadikan istri bagi dua saudaranya, Ibrahim dan Nahor, sedangkan anak laki-laki Haran, Luth, memilih ikut bersama Ibrahim sebab Ibrahim telah tinggal bertahun-tahun di rumah Haran. Ibrahim pun sempat mengajak sang ayah untuk meninggalkan penyembahan berhala supaya berangkat bersamanya dalam mengikut kepada Allah. Akan tetapi ayahnya yang merasa lelah terhadap seruan-seruan ini, menghendaki Ibrahim pergi meninggalkannya untuk waktu yang lama. Meski dimusuhi oleh ayahnya, Ibrahim masih sempat berdoa memohonkan ampun untuk ayahnya sebagai janji dan wujud anak yang berbakti terhadap orang tua. Walaupun demikian, peringatan Allah menyadarkan nabi Ibrahim supaya tidak lagi mendoakan ayahnya, sebab ayahnya itu merupakan orang yang terang-terangan menolak penyembahan terhadap Allah.

Ibrahim bersama Sarah, Luth serta para pengikutnya meninggalkan rumah Haran untuk berangkat ke manapun Allah perintahkan, yang Ibrahim imani. Oleh karena Ibrahim telah berjihad dan berhijrah karena Allah, maka Allah memberkati Ibrahim serta Allah berjanji akan menghadiahi Ibrahim beserta keturunannya maupun kaum pengikutnya berupa pewarisan "negeri yang diberkahi atas semesta alam." Perjanjian Ilahi untuk Ibrahim tersebut kelak diwariskan kepada Ishaq, yang kemudian diterima Ya'qub lalu beralih kepada dua belas putra Ya'qub hingga sampai kepada umat Bani Israil. Selain itu, Perjanjian langka ini berisi karunia ganda berupa anugerah istimewa di dunia maupun karunia surga di akhirat.

Tatkala menjadi pendatang di negeri Mesir, Ibrahim disambut sebagai tamu kehormatan yang diberi berbagai pemberian sebab Sarah hendak dijadikan istri oleh raja Mesir lantaran sebelumnya Ibrahim memperkenalkan Sarah yang berparas sangat cantik, sebagai saudaranya agar nabi Ibrahim tidak mendapat celaka di negeri Mesir. Semenjak tinggal di rumah Haran, Ibrahim telah menganggap anak perempuan kakaknya ini sebagai saudaranya sendiri dan sebagai saudara dalam keimanan. Allah menimpakan kemalangan dan azab kepada raja Mesir tatkala hendak mengambil Sarah ke istana Mesir, sehingga raja Mesir dihalangi untuk menjadikan Sarah sebagai istri. Sewaktu raja Mesir tersadar bahwa azab telah ditimpakan akibat Sarah merupakan istri Ibrahim, maka raja Mesir merasa bersalah karena hendak menikahi wanita yang telah bersuami dan ia merasa takut terhadap nabi Ibrahim. Sebagai tanda permintaan maaf, raja Mesir memberi banyak hadiah kepada Ibrahim juga sebuah tanah milik di Mesir agar Ibrahim tetap tinggal di Mesir. Bahkan anak perempuan raja Mesir; yakni Hajar, telah diserahkan sebagai budak kepada Sarah untuk penebusan atas kesalahan hendak yang diperbuat raja Mesir.

Tamu Ibrahim
Walaupun mendapat ajakan untuk menetap di Mesir; atas keimanannya, Ibrahim tetap pergi menuju negeri yang Allah wariskan untuknya, yang membuktikan bahwa Ibrahim lebih menaruh kepercayaan terhadap janji Allah dibanding kepada janji manusia. Sewaktu meninggalkan negeri Mesir pula, Ibrahim melepas kepergian rombongan nabi Luth ke negeri Sadum. Selama menetap di negeri Palestina, Ibrahim menjadi sosok yang terhormat dan dikenal luas di berbagai negeri oleh karena Ibrahim berlaku dermawan terhadap penduduk Kana’an maupun orang-orang asing. Sekalipun Allah berjanji bahwa seluruh negeri Palestina diwariskan untuknya maupun kaum keturunannya sebagai tanah milik, Ibrahim tidak mengusir atau menyingkirkan penduduk yang tinggal di sekitar wilayahnya, karena Ibrahim mengaku bahwa dirinya hanya pendatang di bumi yang diterima secara baik oleh Allah, sehingga Ibrahim hendak berbuat baik kepada banyak orang sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada dirinya. Ibrahim menjadi sosok yang amat ramah menyambut para pendatang serta para pengembara yang singgah di rumahnya. Ibrahim juga mengenalkan ajaran iman kepada Allah ketika menerima para tamu dari berbagai negeri.

Allah tidak memerintahkan Ibrahim untuk menguasai negeri Palestina karena sosoknya yang memiliki kesetiaan sejati pada Allah disertai keimanan kuat sehingga ia mampu mempengaruhi penduduk negerinya dengan tidak sedikitpun mengalami pelemahan iman akibat hidup di tengah-tengah mereka. Kaum keluarga Ibrahim dipilih Allah untuk menerima karunia istimewa diantara umat manusia di muka bumi; sebagaimana Allah telah berjanji kepada Ibrahim bahwa ia beserta golongan pengikutnya akan memperoleh berkat beserta karunia yang berkenan di dunia beserta anugerah yang kekal di negeri Akhirat sebagai upah terbaik untuk hamba-hamba Allah.

Setelah dianugerahi seorang putra dari Hajar, yakni Ismail, Ibrahim menerima perintah sunat sebagai jaminan bahwa ia akan memperoleh keturunan dari Sarah. Beberapa waktu setelah bersunat, Ibrahim menerima tamu istimewa yakni tiga sosok malaikat berwujud tiga laki-laki, akan tetapi wujud ketiga malaikat ini berbeda dengan rupa manusia yang selama ini ditemui Ibrahim, ia pun merasa asing dan bersegera mempersiapkan jamuan khusus untuk ketiganya. Ibrahim menghidangkan daging anak sapi yang dipanggang kepada mereka lalu para malaikat ini menyampaikan kabar gembira kepada Ibrahim bahwa Ishaq akan lahir untuknya dan Ya’qub disebut sebagai penerus Ishaq. Ibrahim terkejut dengan kabar ini namun ia menyatakan tetap yakin terhadap janji Allah. Sementara itu Sarah merasa heran dan tertawa mendengar kabar ini karena menganggap lucu bagi seorang wanita yang telah berumur tua untuk menimang seorang bayi.

Ketika salah satu malaikat menyampaikan kabar bahwa ada bencana dahsyat yang segera menimpa kaum Luth; Ibrahim yang menaruh belas kasihan terhadap kehidupan banyak orang walaupun orang-orang berdosa, menahan malaikat ini beranjak dari rumahnya seraya memohonkan supaya Allah memberi kesempatan bertobat untuk orang-orang berdosa tersebut sebelum ditumpas. Malaikat itu menjawab bahwa keputusan ini telah mutlak bagi Allah; oleh karena orang-orang berdosa itu telah diperingatkan oleh Luth, namun orang-orang itu tidak mengubah perilaku keji mereka bagi Allah. Kemudian Ibrahim memohonkan keselamatan untuk Luth beserta orang-orang yang beriman supaya diluputkan ketika azab terjadi. Hal ini dikabulkan untuk seluruh pengikut Luth, terkecuali istri Luth.

Setelah Ishaq lahir, Ibrahim menyayangi dan mengistimewakan Ishaq, anak yang telah lama Allah janjikan sebagai pewarisnya. Hajar dan Ismail merasa cemburu dengan perhatian Ibrahim terhadap Ishaq, kemudian Ibrahim memutuskan agar keduanya tinggal terpisah dengan Ishaq supaya tidak ada pertengkaran antara kedua putra Ibrahim; terlebih Allah telah menyatakan jauh sebelum Ismail dilahirkan bahwasanya Ishaq telah tertulis sebagai penerus dan pewaris Ibrahim.

Penyembelihan Ismail
Ketika seorang putra Ibrahim telah mencapai usia dewasa, Allah hendak menguji kesetiaan Ibrahim terhadap perintah-perintahNya melalui sebuah mimpi tentang penyembelihan anak. Keimanan Ibrahim yang berhasil melaksanakan ujian-ujian sebelumnya sama sekali tidak berubah ketika menerima perintah ini. Ibrahim mengajak putranya berangkat untuk melaksanakan perintah Allah, ia tidak sedikitpun mengeluh ataupun meminta keringanan dari Allah tentang perintah ini melainkan melaksanakan sebagaimana diperintahkan. Ketika Ibrahim membaringkan sang anak untuk melaksanakan perintah Allah, terlebih dahulu ia meminta tanggapan dan persetujuan dari sang anak. Ibrahim berkata: "Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka sampaikanlah apa pendapatmu!" putranya menjawab: "Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; dengan perkenan Allah, kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." pada waktu putranya telah merelakan diri dan Ibrahim bersiap mengulurkan tangan untuk menyembelih putranya, seketika Allah memanggil Ibrahim supaya menahan tangannya, sebab tindakan ini membuktikan bahwa Ibrahim bersedia melaksanakan apapun untuk Allah sebagai wujud hamba yang berbakti dan benar-benar terpercaya bagi Allah. Ibrahim pun mendapati seekor domba besar sebagai kurban pengganti putranya.

Atas pengabdian sepenuhnya ini, maka Allah memberkahi Ibrahim dan Ishaq termasuk golongan nabi yang saleh, demikian pula Ya'qub sebagai penerus, sehingga Allah mengistimewakan ketiga sosok ini dengan buah tutur dan gelar terbaik di antara umat manusia yang pernah ada. Ibrahim pun masih hidup untuk mendidik cucunya, Ya’qub serta memberkati sang cucu. Sebelum meninggal dunia, Ibrahim bersyukur kepada Allah, kemudian Ibrahim mengumpulkan putra-putranya untuk mewariskan agama kepada putra-putranya serta kepada Ya’qub.

Doa
Terdapat doa-doa yang dipanjatkan Ibrahim dalam Al-Qur’an, salah satunya doa ketika Ibrahim mendirikan Baitullah bersama Ismail, yang ditujukan untuk nasib generasi-generasi penerus mereka :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ
آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ
قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (126)
وَإِذْ يَرْفَعُ
إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ
مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (127)
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا
مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا
مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (128)
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ
رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ
وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (129)
126. Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang
aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang
beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan
kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia
menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".

127. Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama
Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

128. Ya Tuhan
kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan
(jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan
tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan
terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang.

129. Ya Tuhan
kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al
Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ
الأصْنَامَ (35)
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ
كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي
فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (36)
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ
مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا
لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ
وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37)
رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ
مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ فِي الأرْضِ
وَلا فِي السَّمَاءِ (38)
35. Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah),
negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah
berhala-berhala.

36. Ya Tuhan-ku,
sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia,
maka barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau,
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

37. Ya Tuhan-ku,
sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia,
maka barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau,
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

38. Ya Tuhan
kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang
tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati,
ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah
hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari
buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ
الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ (40)
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي
وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ (41)
40. Ya Tuhanku,
jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan
kami, perkenankanlah doaku.

41. Ya Tuhan
kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin
pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".

Teladan
Nabi Ibrahim merupakan sosok teladan dan panutan utama bagi umat Islam dalam hal keimanan, pengabdian dan ketauhidan kepada Allah. nabi Muhammad juga mendapat anjuran melalui Firman Allah (An-Nahl : 120) untuk mengikuti pribadi Ibrahim :
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ
أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya
Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah
dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan (Tuhan),

(Almumtahanah : 4-6)
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ
إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ
وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى
تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ
لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا
وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Sesungguhnya
telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami
berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian
buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan
Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan
aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim
berkata): "Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya
kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,

رَبَّنَا لا تَجْعَلْنَا
فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang
kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَمَنْ
يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Sesungguhnya
pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi
orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan
barang siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya
lagi terpuji.

Az-Zhukhruf : 26-28
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ
لأبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ
Dan ingatlah
ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah,

إِلا الَّذِي فَطَرَنِي
فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ
tetapi (aku
menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah
kepadaku".

وَجَعَلَهَا كَلِمَةً
بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Dan (Ibrahim)
menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka
kembali kepada kalimat tauhid itu.

Al-An'am : 161-163
قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي
رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah:
"Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu)
agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk
orang-orang yang musyrik".

قُلْ إِنَّ صَلاتِي
وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah:
"Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam,

لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ
أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
tiada sekutu
bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".

Al-Hajj : 26-30
وَإِذْ بَوَّأْنَا
لإبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ
لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
Dan
(ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah
(dengan mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan Aku dan
sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orang yang
beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud.

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ
بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ
عَمِيقٍ
Dan
berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
segenap penjuru yang jauh,

لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ
لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ
مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ
الْفَقِيرَ
supaya mereka
menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah
pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada
mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan
(sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi
fakir.

ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ
وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ
Kemudian
hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah
mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan tawaf
sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).

ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ
حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَأُحِلَّتْ لَكُمُ
الأنْعَامُ إِلا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الأوْثَانِ
وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
Demikianlah
(perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi
Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan
bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu
keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah
perkataan-perkataan dusta.

Julukan
Khalilullah adalah julukan istimewa yang Allah berikan untuk Ibrahim yang bermakna Kesayangan Allah :
An-Nisa : 125
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا
مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ
إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلا
Dan siapakah
yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada
Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.

Dalam Al-Qur'an pula, nabi Ibrahim disebut sebagai "Bapak Umat Muslim" :
Al-Hajj : 78
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ
حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ
حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ
وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى
النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ
مَوْلاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ
Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an)
ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi
saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah
sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

Shuhuf
Dalam Al-Qur’an disebutkan tentang lembaran-lembaran (shuhuf) Ibrahim yang setara dengan lembaran-lembaran Musa.
Al-A'la : 6-19
سَنُقْرِئُكَ فَلا
تَنْسَى
Kami akan
membacakan (Al Qur'an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa,

إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ
إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى
kecuali kalau
Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang
tersembunyi.

وَنُيَسِّرُكَ
لِلْيُسْرَى
Dan Kami akan
memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah,

فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ
الذِّكْرَى
oleh sebab
itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat,

سَيَذَّكَّرُ مَنْ
يَخْشَى
orang yang
takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran,

وَيَتَجَنَّبُهَا
الأشْقَى
orang-orang
yang celaka (kafir) akan menjauhinya.

الَّذِي يَصْلَى النَّارَ
الْكُبْرَى
(Yaitu) orang
yang akan memasuki api yang besar (neraka).

ثُمَّ لا يَمُوتُ فِيهَا
وَلا يَحْيَا
Kemudian dia
tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ
تَزَكَّى
Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),

وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ
فَصَلَّى
dan dia ingat
nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا
Tetapi kamu
(orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.

وَالآخِرَةُ خَيْرٌ
وَأَبْقَى
Sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.

إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ
الأولَى
Sesungguhnya
ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,

صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ
وَمُوسَى
(yaitu)
Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.

Semoga bermanfaat.
Share:

Komentar

Popular Posts

Label

Blog Archive

Recent Posts

Recent Posts Widget

Data Lengkap

Data Lengkap
Kampung Cisitu The Best